Rabu, 13 April 2016

Carl Rogers



Carl Rogers : teori yang berpusat pada pribadi


Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902, di Oak Park, Illinois, sebagai anak keempat dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Rogers lebih dekat dengan ibunya daripada ayahnya, yang pada masa awal kehidupannya harus sering bepergian karena pekerjaannya sebagai insinyur sipil.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Konsep diri (self-concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku” merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya” dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat”. Jadi, self-concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.
Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu:
1.      Incongruence  adalah ketidakcocokan ntara self yang dirasakan dalam pengalaman actual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.      Congruence berarti situasi dimana diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ROGERS
Rogers menempatkan suatu dorongan –“satu kebutuhan fundamental” – dalam sistemnya ntentang kepribadian : memeliharakan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen – komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama bertahun – tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi – segi fisiologis.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”). Kemudian secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan apa yang tidak.
Saat bayi telah mengembangkan struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan diri merujuk pada menusia secara keseluruhan – kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Sebaliknya, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Aktualisasi memudahkan dan meningkatkan pematangan dan perkembangan. Jika bayi bertambah besar, organ – organ tubuh dan proses – proses fisiologis menjadi semakin kompleks dan berdeferensiasi karena mereka mulai berfungsi dalam arah – arah yang dituju.
Rogers (1959) mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal self). Cara – cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebutnya kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard).
Positif regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mrmiliki positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang – orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapatkan cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regardnya dipuaskan dengan baik.
Self – concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruhi oleh ibu. Jika anak mendapat celaan,maka ia akan berfokus pada celaan tersebut sehingga ia menjadi peka setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang duharapkan akan diberikan. Dalam hal ini anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang – orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energy dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri.
Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku.
Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada; tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasihati. Anak – anak yang bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat – syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat.
Untuk orang yang demikian, tidak ada pengalaman yang mengancam. Dia dapat mengambil bagian dalam kehidupan dengan bebas dan sepenuhnya. Orang ini adalah bebas untuk menjadi orang yang mengaktualisasikan diri untuk mengembangkan seluruh potensinya.
KONSEP KEPRIBADIAN
Menurut Rogers, pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri. Konsepsi – konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah :
1.      Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
2.      Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dikembangkan atau tidak.

Feist, J.&Gregory J.F.(2014).Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.
Schultz, D.(1991).Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta : PT Kanisius

wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar