Resensi Novel
Judul : Jangan Buang Ibu, Nak
Pengarang : Wahyu Derapriyangga
Penerbit : Wahyu Qolbu
Terbit : Jakarta, 2014
Cetakan : I
(pertama)
Ukuran :
12,7 x 19 cm
Tebal :
x + 209 halaman
ISBN :
979 – 795 – 825 – 6
Harga :
Rp. 38.000
Penulis Resensi : Syahbina Tama Harahap
Novel
yang dikarang oleh Wahyu Derapriyangga merupakan novel ketiga penulis. Novel
ini berisi tentang kemuliaan dan bagaimana perjuanagn seorang ibu untuk anak –
anaknya. Hal ini terlihat ketika Sang ibu yang bernama Restiana harus
kehilanagn suami untuk selama – lamanya. Ia harus memperjuangkan hidup dan
pendidikan ketiga anaknya yang masih kecil. Walaupun sang ibu harus mencari
nafkah untuk anak – anaknya, namun kasih sayang dan perhatian sang ibu tidak
pernah kurang apalagi lupa untuk anak – anaknya.
Disini
juga dapat kita lihat betapa jauh dan berharganya pemikiran seorang ibu. Ketika
sang anak mulai menaruh hati pada lawan jenis dan ternyata orang tua dari gadis
yang di ia cintai tidak merespon positif, sang ibu pun tidak kehabisan akal. Ia
membawa putra Sulungnya untuk menemui orang tua dari gadis itu. Disisi lain
sikap yang dilakukan sang ibu akan mengubah pola pikir anaknya menjadi lebih
dewasa dan bertanggung jawab atas masalah yang didapatkan.
Kemenarikan
dari novel ini saat tetangga bu Restiana yang selama ini membantu kehidupannya
telah meninggal dunia. Saat itu pula, anak bu Restiana yang sulung akan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sehingga bu Restiana dan anak –
anaknya harus pergi ke Bogor dan memulai kehidupan baru.
Diakhir
cerita, sang ibu menderita penyakit stroke selain disebabkan senjanya usia juga
karena mendengar anak pertamanya terjerat kasus narkotika. Karena anak
bungsunya akan ikut suami bertugas ke Aceh dan itu merupakan jarak yang amat jauh
bagi bu Restiana, maka ia dititipkan di panti jompo. Ironisnya sampai akhir
hayatnya, tidak ada seorang anakpun yang mengetahuinya.
Disinilah
kita harus menghargai betapa berharga dan tulusnya kasih sayang dari sang ibu.
Sehari semalam 24 jam, seminggu 7 hari, sebulan 30 hari, setahun 12 bulan kerja
kerasnya tanpa pamrih. Novel ini cocok untuk orang tua yang akan mengajarkan
penanaman moral kepada anaknya agar selalu ingat dan menghargai orang tuanya.
Di
dalamnya juga diterapkan bahasa yang mudah dicerna sehingga tidak membingungkan
pembaca dan pengaturan penulisan yang sedap dipandang mata membuat pembaca
tidak bosan.
Tak
ada gading yang tak retak. Begitulah pepatah yang sering kita dengar. Tiada
hasil karya manusia yang sempurna. Kekurangan yang terdapat di dalam novel
sangat sedikit sekali, bahkan hampir tidak ada. Hanya saja ada sedikit alur cerita yang datang tiba - tiba, tetapi tdak mengurangi kemenarikan untuk membaca novel ini..
terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar