Minggu, 04 Januari 2015

resesnsi novel



Resensi Novel


Judul                     : Jangan Buang Ibu, Nak
Pengarang          : Wahyu Derapriyangga
Penerbit              : Wahyu Qolbu
Terbit                    : Jakarta, 2014
Cetakan               : I (pertama)
Ukuran                 : 12,7 x 19 cm
Tebal                     : x + 209 halaman
ISBN                      : 979 – 795 – 825 – 6
Harga                    : Rp. 38.000
Penulis Resensi : Syahbina Tama Harahap
                Novel yang dikarang oleh Wahyu Derapriyangga merupakan novel ketiga penulis. Novel ini berisi tentang kemuliaan dan bagaimana perjuanagn seorang ibu untuk anak – anaknya. Hal ini terlihat ketika Sang ibu yang bernama Restiana harus kehilanagn suami untuk selama – lamanya. Ia harus memperjuangkan hidup dan pendidikan ketiga anaknya yang masih kecil. Walaupun sang ibu harus mencari nafkah untuk anak – anaknya, namun kasih sayang dan perhatian sang ibu tidak pernah kurang apalagi lupa untuk anak – anaknya.
                Disini juga dapat kita lihat betapa jauh dan berharganya pemikiran seorang ibu. Ketika sang anak mulai menaruh hati pada lawan jenis dan ternyata orang tua dari gadis yang di ia cintai tidak merespon positif, sang ibu pun tidak kehabisan akal. Ia membawa putra Sulungnya untuk menemui orang tua dari gadis itu. Disisi lain sikap yang dilakukan sang ibu akan mengubah pola pikir anaknya menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab atas masalah yang didapatkan.
                Kemenarikan dari novel ini saat tetangga bu Restiana yang selama ini membantu kehidupannya telah meninggal dunia. Saat itu pula, anak bu Restiana yang sulung akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sehingga bu Restiana dan anak – anaknya harus pergi ke Bogor dan memulai kehidupan baru.
                Diakhir cerita, sang ibu menderita penyakit stroke selain disebabkan senjanya usia juga karena mendengar anak pertamanya terjerat kasus narkotika. Karena anak bungsunya akan ikut suami bertugas ke Aceh dan itu merupakan jarak yang amat jauh bagi bu Restiana, maka ia dititipkan di panti jompo. Ironisnya sampai akhir hayatnya, tidak ada seorang anakpun yang mengetahuinya.
                Disinilah kita harus menghargai betapa berharga dan tulusnya kasih sayang dari sang ibu. Sehari semalam 24 jam, seminggu 7 hari, sebulan 30 hari, setahun 12 bulan kerja kerasnya tanpa pamrih. Novel ini cocok untuk orang tua yang akan mengajarkan penanaman moral kepada anaknya agar selalu ingat dan menghargai orang tuanya.
                Di dalamnya juga diterapkan bahasa yang mudah dicerna sehingga tidak membingungkan pembaca dan pengaturan penulisan yang sedap dipandang mata membuat pembaca tidak bosan.
                Tak ada gading yang tak retak. Begitulah pepatah yang sering kita dengar. Tiada hasil karya manusia yang sempurna. Kekurangan yang terdapat di dalam novel sangat sedikit sekali, bahkan hampir tidak ada. Hanya saja ada sedikit alur cerita yang datang tiba - tiba, tetapi tdak mengurangi kemenarikan untuk membaca novel ini..
terimakasih :)